Saturday, November 1, 2008

Hari baru dengan mimpi baru..

selamat pagi jakarta...

Begitu caraku menyambut pagi di kota yang penuh dengan tipu daya dan kontroversi ini. Bagaimana tidak? Ditemani dengan nasi uduk yang dibeli mama dan secangkir air putih, kumulai pagi ini dengan menyalakan tv untuk menonton sekumpulan info dan berita yang menarik. Namun, tidak pernah ada berita yang menyenangkan, yang ada hanya sekumpulan berita sampah yang kadang hanya bisa membuat kita mengelus dada karena tidak tahu harus berbuat apa. Apakah berita itu yang menjadi ciri dari kemajuan sebuah kota atau memang tidak ada berita lain yang menarik dari sebuah kota yang sedang berkembang.

Memang menjadi sebuah dilema bila memilih hidup di perkotaan, ada untung dan ada ruginya. Dari segi keuntungan, kita di dekatkan dengan sumber mata pencaharian, cepat mendapat informasi, mampu membuat perubahan pada diri sendiri karena keterpaksaan tuntutan hidup yang harus terus diperjuangkan bila hidup di kota. Kerugiannya, kita setiap hari harus tahan terhadap tekanan dari pihak luar yang seringnya membuat kita stres dan mungkin malah bisa memaksa untuk bertindak anarkis. Mungkin ini juga yang membuat makin banyak berita kriminal oleh karena manusia yang tidak siap terjun ke kota namun memaksakan diri ke kota. Jadi semua ini salah siapa? Kota dijadikan tempat mengadu nasib kalo tidak bernasib, ya curi aja nasib orang, mungkin itu yang sekarang menjadi pandangan orang yang tidak siap dan tidak bernasib di perkotaan.

Salah kotanya atau salah manusianya? Mungkin memang pemerataan pembangunan yang belum dirasakan secara merata yang menjadi penyebab banyaknya manusia yang bertaruh nasib di ibukota. Tapi itu seharusnya bukan jadi alasan lagi. Kenapa saya katakan demikian, karena seiring kemajuan jaman, kita sebagai masyarakat dari kota dimanapun kita berada, diharapkan mampu lebih kreatif dalam melihat peluang yang ada di kota kita berada. Dengan demikian kita tidak perlu harus pindahkan. Misalnya, kalo Jogja sangat menguntungkan bila usaha kos-kosan. Coba buka usaha demikian, pasti anda juga merasa kenapa harus ke ibukota, kalo di kota sendiri saja bisa berusaha kok. Lagian, kasihan ibukota Jakarta, harus mencukupi perut sekitar 8 juta orang yang hidup di dalamnya. Apa mau ditambah lagi tuh jumlah penduduknya. Kalo ditambah lagi ya, Jakarta harus siap dengan segala kemungkinan buruk yang akan dihadapi, baik bencana alam maupun anarkisme masyarakat yang tidak tahan dengan kehidupan ibukota.

Jadi, mari memandang hari depan dengan mimpi yang baru, mimpi akan kota yang sehat dan nyaman, mimpi akan kemerdekaan yang hakiki, mimpi akan kehidupan yang sejahtera.

No comments:

Post a Comment